Teknik-Teknik
Konseling
A. Teknik
umum konseling
Teknik
umum konseling merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam
tahapan-tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus
dikuasai oleh konselor. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan disampaikan
beberapa janis teknik umum, diantaranya:
a. Perilaku
attending
Perilaku atending
disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen-komponen mata,
bahasa verbal, dan bahasa non verbal.
b. Smpati
Empati adalah kemampuan
konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama
klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dulakukan sejalan dengan
perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati. Empati
terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Empati
primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pemikiran,
dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.
Contoh ungkapam empati primer “
Klien : sakit rasanya pak, ketika apa
yang kita inginkan tidak bisa tercapai, hanya karena kekurangan ini (menangis)
Konnselor : saya
dapat memahami dan merasakan bagaimana perasaan, pemikiran, serta keinginan
yang sedang anda rasakan (sambil melakukan sentuhan).
2. Empati
tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan,
pemikiran, keinginan, serta pengalaman lebih mendalam dan menyentuh klien
karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut
membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi yang terdalam berupa
perasaan, pemikiran, pengalaman, termasauk penderitaannya. Contoh: “
Klien : yang saya rasakan kini
hanyalah rasa sakit dan malu yang mendalam akibat kejadian itu.
Konselor :saya dapat merasakan apa yang sedang
anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman anda tersebut”
.
c. Refleksi
Refleksi adalah teknik
untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal.
Terdapat tiga jenis refleksi, yautu:
1. Refleksi
perasaan, yautu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh
“sepertinya yang anda katakan adalah ....”
2. Refleksi
pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien
sebagai hasil dari pengamatan perilaku verbal dan non verbal. Contoh “sepertinya maksud anda ....”
3. Refleksi
pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai
hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. “sepertinya yang anda katakan adalah suatu ....”
d. Eksplorasi
Eksplorasi adalah
teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting
dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak
mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinan klien untuk bebas
berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam. Terdaapat tiga jenis teknik
refleksi, yaitu:
1. Eksplorasi
perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan.
Contoh:
Klien : saya bingung harus bagaimana
lagi pak, saya .... saya.... udah gak tau mau kemana lagi.
konselor :bisakah
anda jelaskan bagaimana perasaan bingung yang anda maksud?”
2. Eksplorasi
pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh “saya yakin anda dapat menjelaskan tentang
ide anda sekolah sambil bekerja”.
3. Eksplorasi
pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman klien. “saya terkesan dengan pengalaman yang telah
anda lalui, namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut
dan pengaruhnya terhadap masa depan anda”
e. Menangkap
perasaan (paraphrasing)
Menangkap perasaan
adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien dengan
teliti mendengar pesan utama klien, menangkap kalimat yang mudah dan sederhana,
biasanya ditandai dengan kalimat awal: adakah atau nampaknya, dan mengamati
respon klien terhadap konselor. Contoh:
Klien : itu pekerjaan sangan baik, tetapi
saya tidak dapat mengambilnya, saya tak tahu kok begitu?
Konselor : tampaknya anda masih ragu
f. Pertanyaan
terbuka (opened question)
Pertanyan terbuka
adalah teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan perasaan,
pengalaman, dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak
menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan seperti ini
akan menyulitkan klien, jika dia tidak mengetahui alasan atau sebab-sebabnya.
Oleh karena itu sebaikya gunakanlah kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dan dapatkah. Contoh: “apakah anda merasakan ada sesuatau yang
mengganjal dihati anda?”.
g. Pertanyaan
tertutup (closed question)
Didalam proses
konseling, tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan pertanyaan terbuka,
dalam hal tertentu dapat pula menggunakan pertanyaan tertutup. Tujuannya adalah
untuk mengumpulkan informasi, menjernihkan atau menjelaskan sesuatu, dan menghentikan
pembicaraan klien yang menyimpang jauh. Contoh:
Klien : saya berusaha meningkatkan prestasi
dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan.
Koselor : biasanya anda dapat rangking berapa?
Klien : tiga
Konselor : sekarang?
Klien : tujuh belas.
h. Dorongan
minimal (minimal encouragement)
Dorongan minimal adalah
teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang
telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan: oh ... ya ... lalu ... terus ... dan ...
tujuannya dalah agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar tujuan dari
pembicaraan tersebut tercapai. Contoh:
Klien : saya tak sanggup lagi menghadapi
ini... saya hampir.... (klien menghentikan pembicaraan)
Konselor : terus ....
Klien : bunuh diri.
Konselor : lalu?
i.
Interpretasi
Interpretasi adalah
teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk
pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor. Tujuannya adalah untuk
memberikan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui oemahaman dari
hasil rujukan baru tersebut. Contoh:
Klien : saya berfikir bahwa dengan berhenti
sekolah saya dapat fokus membantu orang tua saya berjualan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Lagi pula, adik saya banyak dan mereka juga butuh dana
untuk sekolah.
Konselor : membantu orang tua adalah wajib hukumnya
bagi setiap anak. Apalagi membahagiakannya. Namun, pendidikan WAJAR DIKDAS
(Wajib Belajar Dua Belas Tahun) adalah suatu hal yang mutlak bagi setiap warga
negara indonesia. Apalagi, semakin canggih zaman maka semakin ketat pula lah
persaingan dalam mendapat pekerjaan. Sekarang coba anda lihat, dalam melamar
pekerjaan dalam suatu institusi minimal SMA. Mungkin kedepannya bukan SMA lagi.
Bisa jadi S1. Nah, untuk itu sangat disayangkan jika orang seperti anda
berhenti sekolah.
j.
Mengarahkan (directing)
Mengarahkan adalah
teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya
menyuruh klien untuk bermain peran. Contoh:
Klien : ayah saya selalu memarahi saya tanpa
ada alasan yang jelas, saya sudah tidak tahan lagi. Akhirnya, bertengkarlah
kami.
Konselor : bisakah anda memperaktekkannya kepada saya
bagaimana sikap dan kata-kata ayah anda didepan saya jika ayah anda sedang
marah.
k. Menyimpulkan
sementara (summarizing)
Menyimpulkan sementara
adalah teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah
pembicaraan semakin jelas. Contoh “ setelah kits berbincang sekian lama.
Alangkah baiknya kita simpulkan dulu sementara agar tujuan pembicaraan kita semakin
jelas. Dari perbincangan tersebut dapat dipetik kesimpulan yaitu: tekad anda
kuliah sambil bekerja semakin jelas. Namun masih ada hambatan yang akan anda
hadapi, yaitu: tuntutan orang tua yang menyuruh anda untuk cepat wisuda dan
waktu yang dituntut oleh perusahaan tempat anda bekerja sangatlah padat”
B.
Teknik umum konseling II
a. Memimpin
(leading)
Leading yaitu teknik
untuk mengarahkan pembicaraan dalam wawancara konseling sehingga tujuan
konseling tercapai. Contoh:
Klien : saya sempat juga berfikir tentang
pacaran, tapi bagaimana ya pak?
Konselor :nah, sampai disini anda tertuju pada kuliah
sambil bekerja. Mengenai pacaran apakah tidak mengganggu kegiatan anda yang
padat ini?
b. Fokus
Fokus adalah teknik
untuk membantu klien memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan, pada umumnya
adalah dalam wawancara konseling. klien akan memusatkan permasaalahan yang
sedang dihadapinya. Contoh: “apakah tidak
sebaiknya jika pokok pembicaraan kita berkisar dahulu tentang kurangnya
keharmonisan anda terhadap orang tua”
Teknik fokus ini terbagi menjadi empat
bagian, yaitu:
1. Fokus
terhadap klien. Contoh: “wulan, anda
yakin dengan apa yang anda lakukan?”.
2. Fokus
terhadap orang lain. Contoh: “fuat telah
membuat kamu menderita, ceritakanlah tentang dia dan apa yang telah ia lakukan
terhadap kamu?”.
3. Fokus
pada topik. Contoh: “anda mau menikah?
Dengan usia yang masih begini? Fikirkanlah dengan matang dan berbagai
pertimbangan tentang keputusan kamu”.
4. Fokus
mengenai budaya. Contoh: “mungkin budaya
menyerah dan mengalah terhadap kaum pria harus diatasi sendiri oleh kaum
wanita. Wanita tidak boleh menjadi objek laki-laki”.
c. Konfrontasi
Konfrontasi adalah
teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi antara perkataan
dengan perbuatan atau body lenguage, ide awal dan ide berikutnya, senyuman
dengan kepedihan, dan lain-lain. Contoh:
Klien : saya baik-baik saja (suara rendah,
wajah murung, posisi tubuh gelisah).
Konselor : anda mengatakan baik-baik saja, tetapi
kelihatannya ada yang tidak beres. Saya melihat ada perbedaan antara apa yang
anda ucapkan dengan apa yang terjadi sebenarnya.
d. Menjernihkan
(clarifying)
Menjernihkan adalah
teknik untuk menjernihkan ucapan klien yang terlihat samar, kurang jelas, dan
agak meragukan. Contoh:
Klien : perubahan yang terjadi dalam keluarga
saya membuat saya menjadi bingung. Saya tidak tau lagi siapa yang akan menjadi
kepala keluarga saya.
Konselor : bisakan anda menjelaskan persoalan
pokoknya? Misalnya peran ayah, ibu dan saudara-saudara anda.
e. Memudahkan
(facilitating)
Memudahkan adalah
teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan
konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, serta pengalamannya secara bebas.
Contoh: “saya yakin anda kan jujur dan
menceritakan apa adanya. Karena saya akan mendengar dengan baik”.
f. Diam
Teknik diam dilakukan
dengan cara attending, paling lama 5-10 detik. Komunikasi yang terjalin dalam
bentuk perilaku non verbal. Contoh:
Klien : saya tidak senang dengan perilaku
sarhan...
Konselor : ...... (diam)
Klien : saya .... harus bagaimana .... saya
.... tidak tahu ....
Konselor : .... (diam)
g. Mengambil
inisiatif
Teknik ini dilakukan
apabila klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang
partisipatif. Contoh: “coba anda
renungkan kembali”
h. Memberi
nasehat
Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan
jika klien memintanya. Walaupun demikian, konselor tetap harus
mempertimbangkannya apakah pantas untuk memberi nasehat atau tidak. Sebab,
dalam memberi nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni kemandirian
klien tetap harus tercapai. Contoh respon konselor terhadap permintaan klien: “apakah dalam hal ini saya pantas untuk
memberi nasehat kepada anda? Sebab, dalam hal ini saya yakin anda lebih
mengetahuinya dari pada saya”
i.
Pemberian informasi
Sama halnya dengan
nasehat. Jika konselor tida memiliki informasi, sebaiknya katakan dengan jujur bahwa
dia mengetahui hal tersebut. Kalaupun konselor mengetahuinya. Sebaiknya tetap
diupayakan agar klien mengusahakannya. Contoh: “untuk mengetahui lebih lanjut berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk
masuk ke UR, anda dapat langsung menanyakan hal tersebut kepada pihak UR atau
melalui situs www.unri.ac.id di internet”
j.
Merencanakan
Teknik ini digunakan
pada akhir sesi konseling untuk membantu agar klien dapat membuat rencana
tindakan (action). Tindakan yang produktif untuk kemajuan klien. Contoh “nah, alangkah baiknya, jika sekarang anda
segera melakukan sebuah rencana untuk kedepannya”
k. Menyimpulkan
Teknik ini digunakan
untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut:
1. Bagaimana
keadan perasaan klien pada saat ini, terutama mengenai kecemasan.
2. Memantapkan
rencana klien.
3. Pemahaman
baru klien.
4. Pokok-pokok
yang akan dibicarakan pada sesi berikutnya (jika masih diperlukan konseling
lanjutan).
Contoh: “nah, dapat kita simpulkan pada
pertemuan kita kali ini adalah tekad anda untuk kuliah sambil bekerja semakin
mantap. Untuk kedepannya saya berharap anda dapat terus meningkatkat prestasi
anda dikampus sesuai dengan rencana yang telah sama-sama kita tetapkan. Walaupun
kedepannya masih banyak rintangan yang akan anda hadapi. Tetapi jadikanlah
rintangam tersebut sebagai suatu hal yang dapat mendewasakan anda”.
C.
Teknik khusus konseling
Dalam
konseling, selain menggunakan teknik umum, dalam hal tertentu dapat menggunakan
teknik khusus. Teknik khusus ini dikembangkan dari berbagai pendekatan
konseling, seperti pendekatan behaviorism, rational emotive theraphy, gestalt,
dan lain-lain. Berikut ini akan dijelaskan teknik-teknik khusus konseling,
yaitu:
a. Latihan
asertive
Teknik ini digunakan untuk melatih klien
yang mengalami kesulitan untuk menyetakan diri bahwa tindakannya adalah layak
dan benar.
b. Desensitasasi
sistematis
Tdesensitasasi sistematis adalah teknik
konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menangani klien dari
keterangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks.
c. Pengondisian
aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk
menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksud untuk meningkatkan kepekaan
klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan
stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut
diberi secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki
kemunculannya. Dari pengkondisian ini diharapakan terbentuknya asosiasi antara
perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang menyenangkan.
d. Pembentukan
perilaku model
Teknik ini dapat digunakan untuk
membentuk perilaku yang baru pada klien dan diperkuat perilaku yang telah
terbentuk.
e. Permainan
dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien
dikondisikan untuk mendialogkan dua kecendrungan yang saling bertentangan,
yaitu kecendrungan topdog dan underdog.
f. Latiham
saya bertanggung jawab
Teknik ini merupakan teknik yang
dimaksud untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya
daripada memproyeksikan perasaan itu kepada orang lain. Dalam teknik ini,
konselor meminta klien untuk membuat suatu penyataan dan kemudian klien
menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat “ .... dan saya bertanggung jawab akan hal itu” contoh: “saya merasa bersalah karena melanggar aturan
lalu lintas dan saya bertanggung jawab akan hal tersebut”.
g. Bermain
proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang
lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya.
h. Teknik
pembalikan
Teiknik ini dapat digunakan untuk klien
yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia
sendiri sangat ingin menghindarinya.
i.
Home work assignment
Teknik ini adalah teknik yang
dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah yang melatih, membiasakan diri, dan
menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola prilaku yang
diharapkan.
j.
Adaptive
Teknik ini digunakan untuk melatih,
mendorong, dan membiasakan klien yang terus menerus menyesuaikan dirinya dengan
perilaku yang diinginkan. Latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplin
diri klien.
k. Bermain
peran
Teknik ini dapat digunakan untuk meng
ekspresikan perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suatu suasana yang
dikondisikan sedemikian rupa, sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan
dirinya sendiri melalui perasaan tertentu.
l.
Imitasi
Teknik ini menirukan secara terus menerus suatu
model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya
sendiri yang negative.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar