Kamis, 08 Desember 2016

KONSELING PERORANGAN (PENGENTASAN MASALAH SUSAH MOVE ON DENGAN PENDEKATAN REALITA)



Nama   : Ahmad Ropik
Nim     : 1405122673

Susah Move On
Pendekatan Realita

Pengentasan masalah dengan judul “Susah Move On” menggunakan teori atau pendekatan realita. Dalam konseling ada seorang mahasiswa yang bernama zaki yang mengalami masalah susah muve on akibat memikirkan suatu perkara. Dengan adanya konseling ini diharapkan klien mampu kembali kepemetaan hidupnya. Konseling dengan pendekaan ini bertujuan agar klien mampu menjalani hidup dengan lebih baik.

Klien                : assalammualaikum (sambil mengetuk pintu)
Konselor          : waalaikumsalam (sambil menghampiri klien dengan membukakkan pintu dan mempersilakan klien untuk duduk) silakan duduk, dengan mas zaki betul?
Klien                : iya pak betul.
Konselor          : mas zaki asal pekanbaru?
Klien                : nggak pak, saya asli jakarta pak.
Konselor          : jakarta, jauh sekali ....
Konseli            : iya pak.
Konselor          : disini ngkost atau tinggal dengan saudara?
Konseli            : saya ngkost pak di jalan sudirman sana.
Konselor          : sudirman, jauh itu ya. Jadi, kesini naik apa? Bis?
Konseli            : nggak pak, saya naik sepeda motor.
Konselor          : sendirian atau dengan temannya?
Konseli            : kadang dengan teman kadang sendirian pak. Tapi, lebih banyak sendirinya sih.
Konselor          : ooh ... tapi, tetap dijaga ya keselamatan dijalan raya. Patuhi lalu lintas dan jangan ugal-ugalan di jalan raya.
Konseli            : iya pak.
Konselor          : mmh, mas zaki sebelumnya suah pernah mengikuti konseling?
Konseli            : iya pak, sudah pernah waktu SMA dulu.
Konselor          : berati sudah tahu ya, didalam konseling ini kita dibatasi oleh waktu dan hari ini kita melaksanakan konseling kurang lebih 30 menit dan apabila dibutuhkan konseling lanjutan maka kita akan melaksanakannya dilain waktu sesuai dengan waktu yang telah kita sepakati nantinya. Oh iya, kabar mas zaki gimana? Kayaknya sedang ada yang dipikirkan gitu?
Konseli            : iya pak, saya lagi kurang fit, begadang tiap malam.
Konselor          : lho, kok begadang tiap malam?
Konseli            : iya pak karena mikirin mantan saya.
Konselor          : mantan? Emangnya ada apa dengan mantan anda?
Konseli            : gini pak, sayakan punya mantan ....
Konselor          : iya ...
Konseli            : saya sudah pacaran 5 tahun, hubungan kami juga direstui dengan orang tua kami. Tapi, hubungan itu tidak berlangsung lanjut dan putus ditengah jalan.
Konselor          : oh, jadi, mas zaki selalu begadang tidur tiap malam karena masih memikirkan mantannya?
Konseli            : iya pak.
Konselor          : jadi, selama ini mas zaki selalu begadang untuk memikirkan mantannya?
Konseli            : gak pak, cuman akhir-akhir ini aja. Waktu itu aku denger dari temen, katanya dia itu sedah tunangan, tadinya aku gak percaya pak padahal kita udah berhubungan 5 tahun. Tapi setelah aku liat disosmed dia, aku tuh melihat sendiri kalu dia itu berdua dengan wanita dan statusnya pun sudah tunangan.
Konselor          : iya, saya sangat mengerti dan memahami bagaimana perasaan mas zaki saat ini. Kan gini ya mas zaki ya. Kan dia udah tunangan ya, Kalau dia udah bertunangan berarti kan dia sudah mau kejenjang yang lebih lanjut yang lebih serius gitu. Sekarang mas zaki, dari mas zaki sendiri apa yang mas zaki inginkan setelah melihat keadaan seperti ini?
Konseli            : iya setelah saya melihat seperti ini, saya ingin melupakan dia tapi gak bisa gitu pak, saya masih pengen memikirkannya aja gitu pak. Masih belum ikhlas.
Konselor          : iya, tadi mas zaki bilang keinginannya mau melupakan mantannya, lalu dengan mas zaki memikirkannya terus begadang juga tiap malam. Apa mas zaki bisa melupakan mantannya mas zaki?
Konseli            : iya, gak bisa sih pak.
Konselor          : kalau begitu mas zaki sudah tau kan bagaimana melupakan mantannya mas zaki ini?
Konseli            : iya, saya belum tau bagaimana cara saya melupakan mantan saya pak.
Konselor          : jadi begini ya, tadikan mas zaki menyatakan bahwa mas zaki sering lihat-lihat disosmednya tentang foto-fotonya gitu. Bagaimana kalau hal pertama yang mas zaki lakukan adalah menghapus atau memblokir sosial medianya. Itu saran pertama dari saya.
Konseli            : berarti saya harus mendelcon seluruh pertemanan dengan dia baik email, fb, dan lain-lain .....
Konselor          : iya itu untuk tahap pertama nantikan mas zaki bisa menghapus sosial medianya. Mungkin setelahnya mas zaki bisa melakukan apa ?
Konseli            : iya .... saya kan bisa fokus untuk kuliah saya dan mungkin saya akan mencari penggantinya untuk dirinya pak ya..
Konselor          : Oke, pasti bisa ya, karna mas zaki ini kan pinter ya ganteng lagi kan, gak usah putus asa auranya itu sudah bagus untuk mencari wanita lain. Apa lagi mas zaki fokus dengan kuliah, mas zaki cepat wisuda, cepat cari kerja pasti keadaannya akan lebih baik lagi.
Konseli            : iya pak
Konselor          : tadi kan mas zaki bicara kalau akan mendelcon atau menghapus kontaknya dan fokus pada kuliah. Sekarang kita melakukan planning ya. Mas zaki akan melakukannya mulai kapan?
Konseli            : sekarang pak! Sekarang saya bisa menghapus seluruh kontak dengan dia (sambil mengeluarkan hp dan menghapus kontaknya)
Konselor          : oke bagus (sambil menunggu klien menghapus kontaknya)
Konseli            : udah pak, saya suadah menghapus seluruh kontaknya.
Konselor          : ya, saya bangga ya dengan mas zaki, mas zaki bisa mampu melakukan dan melaksanakan apa yang telah mas zaki ucapkan. Setelah konseling ini, apakah mas zai bisa menyimpulkan sesuatu?
Konseli            : iya pak, ternyata selama ini saya terlalu larut dalam perasaan terlalu memikirkan dia, seharusnya saya bisa bangkit dari dulu gitu. Dia saja bisa bahagia kenaps saya ndak gitu.
Konselor          : ya, pastinya mas zaki akan mendapatkan wanita yang lebih baik. Oke, setelah melakukan konseling ini mungkin bagai mana perasaan mas zaki?
Konseli            : saya merasa lebih tenang lebih lega rasanya seperti plong gitu masalah saya sudah terpecahkan karena konseling dengan bapak.
Konselor          : saya senang akhirnya mas zaki sudah menyelesaikan masalahnya mas zaki. Apakah konseling pada hari ini bisa kita hentikan?
Konseli            : iya pak. Terima kasih ya pak, saya pamit dulu. (sambil bersalaman dengan konselor)
Konselor          : iya, hati-hati ya. (sembari bersalaman dengan konseli)

TEKNIK UMUM DAN KHUSUS KONSELING



Teknik-Teknik Konseling

A.    Teknik umum konseling
Teknik umum konseling merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahapan-tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan disampaikan beberapa janis teknik umum, diantaranya:
a.       Perilaku attending
Perilaku atending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen-komponen mata, bahasa verbal, dan bahasa non verbal.

b.      Smpati
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dulakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati. Empati terbagi menjadi dua, yaitu:
1.      Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pemikiran, dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka. Contoh ungkapam empati primer “
Klien                : sakit rasanya pak, ketika apa yang kita inginkan tidak bisa tercapai, hanya karena kekurangan ini (menangis)
Konnselor        : saya dapat memahami dan merasakan bagaimana perasaan, pemikiran, serta keinginan yang sedang anda rasakan (sambil melakukan sentuhan).
2.      Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pemikiran, keinginan, serta pengalaman lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi yang terdalam berupa perasaan, pemikiran, pengalaman, termasauk penderitaannya. Contoh: “
Klien                : yang saya rasakan kini hanyalah rasa sakit dan malu yang mendalam akibat kejadian itu.
Konselor          :saya dapat merasakan apa yang sedang anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman anda tersebut
.
c.       Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal. Terdapat tiga jenis refleksi, yautu:
1.      Refleksi perasaan, yautu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh “sepertinya yang anda katakan adalah ....”
2.      Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil dari pengamatan perilaku verbal dan non verbal. Contoh “sepertinya maksud anda ....”
3.      Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. “sepertinya yang anda katakan adalah suatu ....”

d.      Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam. Terdaapat tiga jenis teknik refleksi, yaitu:
1.      Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan. Contoh:
Klien                : saya bingung harus bagaimana lagi pak, saya .... saya.... udah gak tau mau kemana lagi.
konselor           :bisakah anda jelaskan bagaimana perasaan bingung yang anda maksud?”
2.      Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh “saya yakin anda dapat menjelaskan tentang ide anda sekolah sambil bekerja”.
3.      Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman klien. “saya terkesan dengan pengalaman yang telah anda lalui, namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap masa depan anda

e.       Menangkap perasaan (paraphrasing)
Menangkap perasaan adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien dengan teliti mendengar pesan utama klien, menangkap kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal: adakah atau nampaknya, dan mengamati respon klien terhadap konselor. Contoh:
Klien          : itu pekerjaan sangan baik, tetapi saya tidak dapat mengambilnya, saya tak tahu kok begitu?
Konselor    : tampaknya anda masih ragu

f.       Pertanyaan terbuka (opened question)
Pertanyan terbuka adalah teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan seperti ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak mengetahui alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karena itu sebaikya gunakanlah kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dan dapatkah. Contoh: “apakah anda merasakan ada sesuatau yang mengganjal dihati anda?”.

g.      Pertanyaan tertutup (closed question)
Didalam proses konseling, tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan pertanyaan terbuka, dalam hal tertentu dapat pula menggunakan pertanyaan tertutup. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi, menjernihkan atau menjelaskan sesuatu, dan menghentikan pembicaraan klien yang menyimpang jauh. Contoh:
Klien          : saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan.
Koselor      : biasanya anda dapat rangking berapa?
Klien          : tiga
Konselor    : sekarang?
Klien          : tujuh belas.

h.      Dorongan minimal (minimal encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan: oh ... ya ... lalu ... terus ... dan ... tujuannya dalah agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar tujuan dari pembicaraan tersebut tercapai. Contoh:
Klien          : saya tak sanggup lagi menghadapi ini... saya hampir.... (klien menghentikan pembicaraan)
Konselor    : terus ....
Klien          : bunuh diri.
Konselor    : lalu?

i.        Interpretasi
Interpretasi adalah teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor. Tujuannya adalah untuk memberikan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui oemahaman dari hasil rujukan baru tersebut. Contoh:
Klien          : saya berfikir bahwa dengan berhenti sekolah saya dapat fokus membantu orang tua saya berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lagi pula, adik saya banyak dan mereka juga butuh dana untuk sekolah.
Konselor    : membantu orang tua adalah wajib hukumnya bagi setiap anak. Apalagi membahagiakannya. Namun, pendidikan WAJAR DIKDAS (Wajib Belajar Dua Belas Tahun) adalah suatu hal yang mutlak bagi setiap warga negara indonesia. Apalagi, semakin canggih zaman maka semakin ketat pula lah persaingan dalam mendapat pekerjaan. Sekarang coba anda lihat, dalam melamar pekerjaan dalam suatu institusi minimal SMA. Mungkin kedepannya bukan SMA lagi. Bisa jadi S1. Nah, untuk itu sangat disayangkan jika orang seperti anda berhenti sekolah.

j.        Mengarahkan (directing)
Mengarahkan adalah teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran. Contoh:
Klien          : ayah saya selalu memarahi saya tanpa ada alasan yang jelas, saya sudah tidak tahan lagi. Akhirnya, bertengkarlah kami.
Konselor    : bisakah anda memperaktekkannya kepada saya bagaimana sikap dan kata-kata ayah anda didepan saya jika ayah anda sedang marah.

k.      Menyimpulkan sementara (summarizing)
Menyimpulkan sementara adalah teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Contoh “ setelah kits berbincang sekian lama. Alangkah baiknya kita simpulkan dulu sementara agar tujuan pembicaraan kita semakin jelas. Dari perbincangan tersebut dapat dipetik kesimpulan yaitu: tekad anda kuliah sambil bekerja semakin jelas. Namun masih ada hambatan yang akan anda hadapi, yaitu: tuntutan orang tua yang menyuruh anda untuk cepat wisuda dan waktu yang dituntut oleh perusahaan tempat anda bekerja sangatlah padat”

B.     Teknik umum konseling II
a.       Memimpin (leading)
Leading yaitu teknik untuk mengarahkan pembicaraan dalam wawancara konseling sehingga tujuan konseling tercapai. Contoh:
Klien          : saya sempat juga berfikir tentang pacaran, tapi bagaimana ya pak?
Konselor    :nah, sampai disini anda tertuju pada kuliah sambil bekerja. Mengenai pacaran apakah tidak mengganggu kegiatan anda yang padat ini?

b.      Fokus
Fokus adalah teknik untuk membantu klien memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan, pada umumnya adalah dalam wawancara konseling. klien akan memusatkan permasaalahan yang sedang dihadapinya. Contoh: “apakah tidak sebaiknya jika pokok pembicaraan kita berkisar dahulu tentang kurangnya keharmonisan anda terhadap orang tua
Teknik fokus ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1.      Fokus terhadap klien. Contoh: “wulan, anda yakin dengan apa yang anda lakukan?”.
2.      Fokus terhadap orang lain. Contoh: “fuat telah membuat kamu menderita, ceritakanlah tentang dia dan apa yang telah ia lakukan terhadap kamu?”.
3.      Fokus pada topik. Contoh: “anda mau menikah? Dengan usia yang masih begini? Fikirkanlah dengan matang dan berbagai pertimbangan tentang keputusan kamu”.
4.      Fokus mengenai budaya. Contoh: “mungkin budaya menyerah dan mengalah terhadap kaum pria harus diatasi sendiri oleh kaum wanita. Wanita tidak boleh menjadi objek laki-laki”.

c.       Konfrontasi
Konfrontasi adalah teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi antara perkataan dengan perbuatan atau body lenguage, ide awal dan ide berikutnya, senyuman dengan kepedihan, dan lain-lain. Contoh:
Klien          : saya baik-baik saja (suara rendah, wajah murung, posisi tubuh gelisah).
Konselor    : anda mengatakan baik-baik saja, tetapi kelihatannya ada yang tidak beres. Saya melihat ada perbedaan antara apa yang anda ucapkan dengan apa yang terjadi sebenarnya.

d.      Menjernihkan (clarifying)
Menjernihkan adalah teknik untuk menjernihkan ucapan klien yang terlihat samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Contoh:
Klien          : perubahan yang terjadi dalam keluarga saya membuat saya menjadi bingung. Saya tidak tau lagi siapa yang akan menjadi kepala keluarga saya.
Konselor    : bisakan anda menjelaskan persoalan pokoknya? Misalnya peran ayah, ibu dan saudara-saudara anda.

e.       Memudahkan (facilitating)
Memudahkan adalah teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, serta pengalamannya secara bebas. Contoh: “saya yakin anda kan jujur dan menceritakan apa adanya. Karena saya akan mendengar dengan baik”.

f.       Diam
Teknik diam dilakukan dengan cara attending, paling lama 5-10 detik. Komunikasi yang terjalin dalam bentuk perilaku non verbal. Contoh:
Klien          : saya tidak senang dengan perilaku sarhan...
Konselor    : ...... (diam)
Klien          : saya .... harus bagaimana .... saya .... tidak tahu ....
Konselor    : .... (diam)

g.      Mengambil inisiatif
Teknik ini dilakukan apabila klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif. Contoh: “coba anda renungkan kembali

h.      Memberi nasehat
Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya apakah pantas untuk memberi nasehat atau tidak. Sebab, dalam memberi nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni kemandirian klien tetap harus tercapai. Contoh respon konselor terhadap permintaan klien: “apakah dalam hal ini saya pantas untuk memberi nasehat kepada anda? Sebab, dalam hal ini saya yakin anda lebih mengetahuinya dari pada saya

i.        Pemberian informasi
Sama halnya dengan nasehat. Jika konselor tida memiliki informasi, sebaiknya katakan dengan jujur bahwa dia mengetahui hal tersebut. Kalaupun konselor mengetahuinya. Sebaiknya tetap diupayakan agar klien mengusahakannya. Contoh: “untuk mengetahui lebih lanjut berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk masuk ke UR, anda dapat langsung menanyakan hal tersebut kepada pihak UR atau melalui situs www.unri.ac.id di internet
j.        Merencanakan
Teknik ini digunakan pada akhir sesi konseling untuk membantu agar klien dapat membuat rencana tindakan (action). Tindakan yang produktif untuk kemajuan klien. Contoh “nah, alangkah baiknya, jika sekarang anda segera melakukan sebuah rencana untuk kedepannya

k.      Menyimpulkan
Teknik ini digunakan untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut:
1.      Bagaimana keadan perasaan klien pada saat ini, terutama mengenai kecemasan.
2.      Memantapkan rencana klien.
3.      Pemahaman baru klien.
4.      Pokok-pokok yang akan dibicarakan pada sesi berikutnya (jika masih diperlukan konseling lanjutan).
Contoh: “nah, dapat kita simpulkan pada pertemuan kita kali ini adalah tekad anda untuk kuliah sambil bekerja semakin mantap. Untuk kedepannya saya berharap anda dapat terus meningkatkat prestasi anda dikampus sesuai dengan rencana yang telah sama-sama kita tetapkan. Walaupun kedepannya masih banyak rintangan yang akan anda hadapi. Tetapi jadikanlah rintangam tersebut sebagai suatu hal yang dapat mendewasakan anda”.

C.     Teknik khusus konseling
Dalam konseling, selain menggunakan teknik umum, dalam hal tertentu dapat menggunakan teknik khusus. Teknik khusus ini dikembangkan dari berbagai pendekatan konseling, seperti pendekatan behaviorism, rational emotive theraphy, gestalt, dan lain-lain. Berikut ini akan dijelaskan teknik-teknik khusus konseling, yaitu:
a.       Latihan asertive
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyetakan diri bahwa tindakannya adalah layak dan benar.

b.      Desensitasasi sistematis
Tdesensitasasi sistematis adalah teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menangani klien dari keterangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks.

c.       Pengondisian aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksud untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberi secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Dari pengkondisian ini diharapakan terbentuknya asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang menyenangkan.

d.      Pembentukan perilaku model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk perilaku yang baru pada klien dan diperkuat perilaku yang telah terbentuk.

e.       Permainan dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecendrungan yang saling bertentangan, yaitu kecendrungan topdog dan underdog.

f.       Latiham saya bertanggung jawab
Teknik ini merupakan teknik yang dimaksud untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya daripada memproyeksikan perasaan itu kepada orang lain. Dalam teknik ini, konselor meminta klien untuk membuat suatu penyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat “ .... dan saya bertanggung jawab akan hal itu” contoh: “saya merasa bersalah karena melanggar aturan lalu lintas dan saya bertanggung jawab akan hal tersebut”.

g.      Bermain proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya.

h.      Teknik pembalikan
Teiknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sendiri sangat ingin menghindarinya.

i.        Home work assignment
Teknik ini adalah teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah yang melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola prilaku yang diharapkan.

j.        Adaptive
Teknik ini digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien yang terus menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplin diri klien.

k.      Bermain peran
Teknik ini dapat digunakan untuk meng ekspresikan perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa, sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui perasaan tertentu.

l.        Imitasi
Teknik ini menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negative.